Senin, 24 September 2018

Perkembangan Sosial dan Emosi pada Anak Sekolah Dasar

| | 2 komentar


BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Beberapa teori tentang perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia tumbuh
dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.
Pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial adalah proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri.
Perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosional.
1.2 Rumusan Masalah
·         Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial anak ?
·         Bagaimana tahapan perilaku sosial pada anak sekolah dasar?
·         Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak sd ?
·         Apakah dampak dari kekerasan sosial pada anak ?
·         Apa yang dimaksud dengan perkembangan emosi anak ?
·         Bagaimana perkembangan emosi anak ?
·         Apa peran keluarga dan sekolah terhadap perkembangan emosi anak ?
1.3 Tujuan
·         Untuk mengetahui perkembangan sosial dan emosi anak sekolah dasar
·         Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak
·         Untuk mengetahui dampak dari kekerasan sosial pada anak
·         Untuk mengetahui peran keluarga dan sekolah pada perkembangan sosial anak

BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Perkembangan Sosial Anak
Perkembangan anak mengacu pada perubahan biologis, psikologis dan emosional yang terjadi pada manusia antara kelahiran dan akhir masa remaja, sebagai individu berlangsung dari ketergantungan untuk meningkatkan otonomi. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi  meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.

Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Masa perkembangan anak-anak :
1)      Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)  
2)      Masa krisis I (3-4 tahun)                    
3)      Masa kanak-kanak akhir (4-6 tahun)  
4)      Masa anak sekolah (6-12 tahun)         
5)      Masa krisis II (12-13 tahun)                
6)      Masa remaja awal (13-16 tahun)         
7)      Masa remaja akhir (16-18 tahun)                   

Berdasarkan masa nya anak sekolah dasar melalui tahap masa kanak-kanak akhir hingga masa remaja awal.
2.2 Perilaku Sosial Pada Anak Sekolah Dasar

            1.   Pembangkangan (negativisme)
            Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang  pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap “dependent” (ketergantungan) menuju kearah “independent” (bersikap mandiri).
            2.  Agresi (agression)
            Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubit, menggigit, menendang dan lain sebagainya.
            Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.
3.  Berselisih/bertengkar (quarreling)
      Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain, sepert diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut mainannya.
4.  Menggoda (teasing)
            Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5.  Persaingan (Rivaly)
                   Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap persaingan mulai terlihat pada usia 4 tahun, yaitu persaingan untuk prestice  (merasa ingin menjadi lebih dari orang lain) dan pada usia 6 tahun, semangat bersaing ini berkembang dengan baik.


6.  Kerja sama (cooperation)
            Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Anak yang berusia dua atau tiga tahun belum berkembang sikap bekerja samanya, mereka masih kuat sikap “self-centered”-nya. Mulai usia tiga tahun akhir atau empat tahun, anak sudah mulai menampakan sikap kerja samanya. Pada usia enam atau tujuh tahun sikap ini berkembang dengan baik.
7.Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior)
            Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap “business”. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
            Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. Anak ingin selalu dipenuhi keinginannya dan apabila ditolak, maka dia protes dengan menangis, menjerit atau marah-marah.
9.  Simpati (Sympathy)
            Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.






















2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Pada Anak Sekolah Dasar

1.    Keluarga
            Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap beberapa aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
            Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
2.Kematangan
            Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
            Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3.   Status Sosial Ekonomi
            Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
            Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.


4.Pendidikan
            Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
            Peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

5.  Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi
            Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial  anak.
            Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.
            Pada kasus tertentu seorang jenius atau superior sukar untuk bergaul dengan kelompok sebaya, karena pemahaman mereka telah setingkat dengan kelompok umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa) tepat “menganggap” dan “memperlakukan” mereka sebagai anak-anak.
            Selain kelima faktor yang telah disebutkan ada pula faktor lingkungan luar keluarga. Pengalaman sosial awal diluar rumah melengkapi pengalaman didalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial dan pola perilaku anak. faktor pengalaman awal yang diterima anak. Pengalaman sosial awal sangat menentukan perilaku kepribadian selanjutnya.
            Sekolah juga mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan sikap sosial anak, karena selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, Anak-anak menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah sebagai anggota suatu masyarakat kecil yang harus mengerjakan sejumlah tugas dan mengikuti sejumlah aturan yang menegaskan dan membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka
                        Di sekolah, guru membimbing perkembangan kemampuan sikap, dan hubungan sosial yang wajar pada peserta didiknya. Hubungan sosial yang sehat dalam sekolah dan kelas seyogyanya diprogram, dikreasikan, dan dipelihara bersama-sama dalam belajar, bermain dan berkompetisi sehat. Sekolah mengupayakan layanan bimbingan kepada peserta didik. Bimbingan selain untuk belajar adalah untuk penyesuaian diri ke dalam lingkungan atau juga penyerasian terhadap lingkungannya. Kepada siswa diajarkan tentang disiplin dan aturan melalui keteraturan atau conformity yang disiratkan dalam tiap pelajaran.

2.4 Dampak Kekerasan Sosial Pada Anak Sekolah Dasar

            kekerasan terhadap anak adalah perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak secara fisik maupun emosional. sedangkan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan (uupa no. 23 tahun 2002). istilah kekerasan terhadapan anak meliputi berbagai macam bentuk tingkah laku dari tindakan ancaman fisik secara langsung oleh orang tua atau orang dewasa lainnya sampai pada penelantaran kebutuhan-kebutuhan dasar anak.
            jadi kekerasan terhadap anak merupakan perilaku secara langsung dengan tujuan untuk merusak, melukai, merugikan anak dilakukan oleh orang yang lebih dewasa atau lebih kuat.
            apapun jenis  kekerasanya yangdilakukan,  tetaplah sebuah keker asan yang bisaberdampak terhadap  anak.  kekerasan dapatmenyebabkan anak kehilangan hal - hal palingmendasar dalam kehidupannya dan pada gilirannyaberdampak sangat serius pada kehidupan anak dikemudian hari, antara lain :
1. Cacat tubuh permanen
2. Kegagalan belajar
3. Pasif dan menarik diri dari lingkungan takut membina hubungan baru dengan orang lain
4. agresif dan kadang - kadang melakukan tindakan kriminal.
5. menjadi penganiaya ketika dewasa.
6. menggunakan obat - obatan ketika dewasa.
7. kematian
           
dampak kekerasan korban biasanya akan merasakan berbagai emosi negatif,  seperti marah, dendam, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam, tetapi tidak berdaya menghadapinya. dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mengembangkan perasaan rendah diri dan tidak berharga. bahkan tak jarang ada yang ingin pergi dari rumah. Dampak psikologis yang lebih berat adalah kemungkinan timbulnya masalah pada korban seperti rasa cemas berlebihan,  selalu merasa takut,  depresi dan inginbunuh diri.para orang tua  dan guru yang melakukankekerasan mungkin tidak menyadari tindakannya bisaberdampak panjang pa da anak.  keker asan yangdilakukan akan membekas pada benak anak dan bisa mempengaruhi perkembangan kejiwaannya.  Anak yang sering menerima  tindakan kekerasankemungkinan besar menjadi pribadi yang kurang percaya diri, minder, peragu dan bergantung pada orang lain. anak yang sering mendapat kekerasansecara fisik, ketika dewasa bisa tumbuh menjadi pribadi yang agresif dan suka melakukan kekerasan. mereka mendapat contoh kekerasan di masa kecilnya sehingga pola dan cara hidup mereka akan dijalani dengan kerasan pula.
dari uraian tersebut terlihat bahwa dampak dari tindakan kekerasan terhadap  anak begitu mengenaskan.  mu ngkin belum banyak orang menyadari bahwa pemukulan yang bersifat fisik bisa menyebabkan kerusakan emosi  anak.  anak merupakan cermin dari apa yang terjadi dalam suatu rumah tangga. jika suasana keluarga sehat dan bahagia maka wajah anak akan ceria dan aberseri. sebaliknya jika mereka murung dan bersedih biasanya telah terjadi  sesuatu  yang berhubungan dengankeluarganya. sebagai wadah sosialisasi primer dimana anak belajar untuk pertama kalinya mengenal nilai nilai dan cara bertingkah laku, perilaku orang tua sering mempengaruhi perilaku anaknya kelak. bila kekerasan begitu dominan tidak mengherankan jika anak kemudian melakukannya dan akan terbawa sampai dewasa.













2.5 Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Sosial Anak

Bimbingan sosial diarahkan kepada upaya membantu peserta didik mengembangkan keterampilan sosial atau keterampilan berinteraksi di dalam kelompok. Keterampilan sosial adalah kecakapan berinteraksi dengan orang lain, dan cara-cara yang digunakan dalam berinteraksi tersebut sesuai dengan aturan dan tujuan dalam konteks kehidupan tertentu. Dalam kehidupan peserta didik (anak sekolah) kecakapan tersebut adalah kecakapan interaksi dengan kelompok teman sebaya atau orang dewasa.
Proses belajar dan pembelajaran akan menjadi wahana bagi perkembangan sosial peserta didik. Hal ini berarti bahwa bimbingan sosial dapat berlangsung di dalam dan secara terpadu dengan proses belajar dan pembelajaran. Ditinjau dari sudut pandangan bimbingan, proses belajar dan pembelajaran merupakan wahana begi pengembangan keterampilan sosial, kesadaran saling bergantung, dan kemampuan menerima serta mengikuti aturan kelompok.
Peran penting yang perlu dimainkan guru dalam kaitannya dengan layanan bimbingan sosial ialah mengembangkan atmosfir kelas yang kondusif. Atmosfir kelas yang kondusif bagi perkembangan sosial ialah yang dapat menumbuhkan:
a.  Rasa turut memiliki kelompok, ditandai dengan identifikasi diri, loyalitas, dan berorientasi pada pemenuhan kewajiban kelompok.
b.  Partisipasi kelompok, ditandai dengan kerjasama, bersikap membantu, dan mengikuti aturan main.
c.  Penerimaan terhadap keragaman individual dan kelompok, serta menghargai kelebihan orang lain.
Atmosfir kelas  yang kondusif dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang bergantung kepada kelompok kerja kecil yang mengkombinasikan:
a. Tujuan kelompok atau dukungan tim
b. Tanggung jawab individual
c.  Kesamaan kesempatan untuk sukses

Pembelajaran kooperatif akan menimbulkan terjadinya dukungan tim berupa bantuan teman sebaya di dalam mempelajari tugas-tugas akademik. Bantuan teman sebaya akan melintasi hal-hal akademis dan akan menumbuhkan ikatan sosial di dalam kelompok. Sebagai contoh, seorang peserta didik yang pandai akan terdorong untuk membantu peserta didik yang kurang pandai di dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas kelompok secara brsama-sama.
Sementara itu, tanggung jawab individual tetap akan tumbuh karena setiap peserta didik dituntut untuk mempelajari dan menguasai tugas-tugas pembelajaran secara sungguh-sungguh. Dalam pembelajaran kooperatif ini guru harus meyakinkan pesrta didik bahwa hasil kerjanya adalah hasil kerja kelompok. Oleh sebab itu setiap peserta didik harus ambil bagian dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Tingkat tanggung jawab individual tetap akan diukur melalui asesment tingkat penguasaan bahan ajar.
Kesempatan untuk sukses akan diperoleh setiap peserta didik dalam upaya memberikan kontribusi kepada prestasi kelompok. Upaya semua peserta didik akan dihargai sesuai dengan tingkat prestasi yang dicapainya dan penilaian diberikan atas dasar upaya yang dilakukan.

2.6 Pengertian Perkembangan Emosi pada Anak Sekolah Dasar
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Perancis, émotion, dari émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam.
Dalam kehidupan sehari-hari, emosi sering diistilahkan juga dengan perasaan. Misalnya, seorang siswa hari ini ia merasa senang karena dapat mengerjakan semua pekerjaan rumah (PR) dengan baik. Siswa lain mengatakan bahwa ia takut menghadapi ujian. Senang dan takut berkenaan dengan perasaan, kendati dengan makna yang berbeda. Senang termasuk perasaan, sedangkan takut termasuk emosi.
            Perasaan menunjukkan suasana batin yang lebih tenang dan tertutup karena tidak banyak melibatkan aspek fisik, sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang dinamis dan terbuka karena melibatkan ekspresi fisik. Perasaan (feeling) seperti halnya emosi merupakan suasana batin atau suasana hati yang membentuk suatu kontinum atau garis yang merentang dari perasaan sangat senang/sangat suka sampai tidak senang/tidak suka. Perasaan timbul karena adanya rangsangan dari luar, bersifat subjektif dan temporer. Misalnya, sesuatu yang dirasakan indah oleh seseorang pada waktu melihat suatu lukisan, mungkin tidak indah baginya beberapa tahun yang lalu, dan tidak indah bagi orang lain. Ada juga perasaan bersifat menetap menjadi suatu kebiasaan dan membentuk adat-istiadat. Misalnya, orang Padang senang makan pedas, orang Sunda senang makan sayur/lalap sambal.

2.7 Perkembangan Emosi Anak
Enam tahapan perkembangan yang harus dilalui anak:
1.    Regulasi diri dan minat terhadap lingkungan
Kemampuan anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak masih belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari rangsang yang dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang membuatnya tidak nyaman.
2.    Keakraban-keintiman
Kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan penuh cinta.
3.    Komunikasi dua arah
Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi (aksi-reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa mengkomunikasikan intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat (berpikir logis) dan konsep diri. la mulai menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul keinginan untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif.
4.    Komunikasi kompleks
Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks, mengekspresikan keinginan dan emosi secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif. Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak hanya mengikuti perintah atau petunjuk pengasuh/orang tua. Selanjutnya hal ini akan menjadi dasar terbentuknya konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola karakter dan tingkah laku orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah lakunya disetujui atau tidak, akan dipuji atau diejek, dll sehingga mulai berkembang kemampuan memprediksi kejadian dan kemudian mengarah pada kemampuan memecahkan masalah berdasarkan keurutan logis.
5.    Ide emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan emosi.
6.    Berpikir emosional
Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain, memprediksi perasaan dan akiba' dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa memecahkan masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi berpikir.

Pada umumnya, ada empat kunci utama emosi pada anak yaitu :
1.    perasaan marah
perasaan ini akan muncul ketika anak terkadang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya atau ada sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun akan dikeluarkan anak ketika merasa lelah atau dalam keadaan sakit. Begitu punketika kemauannya tidak diturutioleh orangtuanya, terkadang timbulrasa marah pada sianak.
2.    perasaan takut
rasa takutini di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi merekatakut akan suara-suara yang gaduh atau rebut. Ketika menginjak masa anak-anak, perasaan takut mereka muncul apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pu mulai berfantasi dengan adanya hantu, monster dan mahluk-mahluk yang menyeramkan lainnya.
3.    perasaan gembira
perasaan gembira ini tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan sesuatu. Contohnya ketika anakdiberi hadiaholeh orang tuanya, ketika anak juara dalam mengikuti suatu lomba, atau ketika anak dapat melakukan apa yang diperintahkan orang tuanya. Banyak hal yang dapat membuat anak merasa gembira.
4.    rasa humor
Tertawa merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih banyak tertawa di bandingkan orang dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.
Keempat perasaan itu merupakan emosi negatifdan positif. Perasaan marah dan ketakutan merupakan sikap emosi yang negative sedangkan perasaan gembira dan rasa lucu atau humor merupakan sikap emosi yang positif.
2.8 Peran Keluarga dan Sekolah Terhadap Perkembangan Emosi
John Mayer, psikolog dari University of New Hampshire, mendefinisikan kecerdasan emosi yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi diri sendiri. Lebih lanjut pakar psikologi Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Guru dan keluarga dapat mengembangkan keterampilan kecerdasan emosional seorang anak dengan memberikan beberapa cara yaitu:
1.    Mengenali emosi diri anak , mengenali perasaan anak sewaktu perasaan yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdassan emosional. kemampuan untuk memantau peraaan dari waktu kewaktu merupakan hal penting bagi pemahahaman anak.
2.    Mengelola emosi, menangani perasan anak agar dapat terungkap dengan tepat kemampuan untuk menghibur anak , melepasakan kecemasan kemurungan atau ketersinggungan, atau akibat – akibat yang muncul karena kegagalan.
3.    Memotivasi anak, penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian dan kasih sayang untuk memotivasi anak dalam melakukan kreasi secara bebas.
4.    Memahami emosi anak.
5.    Membina hubungan dengan anak, Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita mampu mengenali, hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional yaitu dengan memelihara hubungan.
6.    Berkomunikasi “dengan jiwa “, Tidak hanya menjadi pembicara terkadang kita harus memberikan waktu lawan bicara untuk berbicara juga dengan demikian posisikan diri kita menjadi pendengar dan penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu membedakan antara apa yang dilakukan atau yang dikatakan anak dengan reaksi atau penilaian.


















BAB III

Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan
1.      Pada usia anak sekolah dasar perkembangan sosial dan emosi anak mengikuti lingkungan sekitar nya.
2.      Kekerasan pada anak dapat mempengaruhi dan mengganggu perkembangan sosial.
3.      Peran keluarga,guru,dan lingkungan sekitar sangat mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial pada anak.
3.2 Saran
1.      Keluarga,guru,dan lingkungan sekitar anak sangat mempengaruhi perkembangan sosial dan emosi anak yang dapat mempengaruhi mental dan perkembangannya oleh sebab itu orang tua dan guru dianjurkan dapat memperhatikan lingkungan sosial anak agar anak tidak mengikuti/meniru hal buruk disekitarnya.
2.      Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan dosen pembimbing agar pada penulisan selanjutnya diharapkan penulis dapat menulis makalah lebih baik lagi.

Read more...

Popular Posts

Blogger templates

Blogroll

About

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

Perkembangan Sosial dan Emosi pada Anak Sekolah Dasar

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Beberapa teori tentang perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia tumbuh dan berke...

Popular Posts

 

Designed by: Compartidísimo
Images by: DeliciousScraps©